Nilai-nilai kritis yang kerap dilontarkan kepada rumah sakit, oleh masyarakat dewasa ini semakin tajam dan sinis. Diantaranya yaitu kritik sebagai sarana pelayanan kesehatan, Rumah Sakit telah kehilangan dimensi sejarah kemanusiaannya. Meskipun permasalahan ini tidak bisa dijawab dengan hitam putih, namun jujur harus diakui bahwa pelayanan kesehatan cenderung mengarah pada kehidupan masyarakat yang individualistis, materialistis, konsumerisme sebagai imbas dari perkembangan sistem kapitalisme. Hal semacam ini telah menjangkiti berbagai sektor di kehidupan masyarakat, termasuk pada rumah sakit.
Hadirnya individu atau masyarakat untuk mendapat pertolongan Rumah Sakit, pada dasarnya memang tak lebih demi untuk kesembuhan dari penyakit yang dideritanya. Sehingga, cukup wajar apabila individu atau masyarakat juga memiliki harapan yang begitu besar saat mereka berobat ke rumah sakit. Harapan mereka tak lain agar pasien mendapatkan pertolongan yang layak dan bersifat manusiawi.
Beragam kritik yang biasanya diberikan pada rumah sakit, seperti misalnya pelayanan yang kurang bermutu, pelayanan yang birokratis dan bertele-tele, disiplin dokter yang rendah, petugas kurang ramah, sarana dan prasarana kurang memadai, dan lain sebagainya sudah saatnya harus dipandang dalam makna yang positif. Caranya, tentu tak salah bila memandang permasalahan tersebut sebagai suatu kritikan yang sehat dan konstruktif, untuk menata dan mengembalikan rumah sakit sebagai media pelayanan publik yang humanistik dan variatif.
Sehingga setiap diskusi tentang bagaimana cara meningkatkan efisiensi ataupun pendapatan bagi rumah sakit, masalah pelayanan kepada masyarakat, harus tetap menjadi prioritasnya. Itulah nilai utama yang patut dijadikan sebagai patokan dalam menjalankan fungsi pelayanan publik.